SEMIOTIKA
Valentin
Volosinov (1985-1936), seorang teoritikus Soviet, menilai mazhab Saussure
sebagai mazhab yang paling berpangaruh dalam linguistik Rusia. Meskipun dia
agak berkeberatan dengan kecenderungan “abstrak-objektivisme” pada diri
Saaussure. Volosinov menolak keyakinan Saussure bahwa dalam langue (yang berlaku umum, namun tak
kasat mata) kita mungkin menemukan watak sosial yang sesungguhnya dari
komunikasi.
Namun,
bagi para pemikir Eropa yang mengikuti Saussure, konsep langue-lah yang dianggap terobosan besar. Seorang linguis Denmark,
Louis Hjelmslev (1899-1965), mengemban tugas Saussure dalam menegaskan perlunya
sebuah “sains yang mempelajari bagaimana tanda hidup dan berfungsi dalam
masyarakat”.
Sejajar
dengan pemikiran tersebut, mucul perluasan pemahaman Saussure tentang proses
berfungsinya tanda secara individual. Menurut Saussure, tanda (yang berdiri
dari hubungan internal antara petanda dan penanda) beroperasi dalam dimensi
yang fungsinya adalah mendenotasikan, Hjelmslev menambahkan bahwa dalam tanda juga
terkandung dimensi lain.
Dimensi
yang hendak dijelaskan oleh Hjelmslev tampak terang jika kita mencoba
menjelaskan bagaimana kata manifest
destiny dipersepsi oleh orang- orang Amerika pada kurun waktu tertentu.
Cukup mudah ntuk mengenali petanda dalam semboyan ini. Arti denotatif yang
terkandung di dalamnyapun cukup mudah diketahui. (yaitu: takdir yang tak
terhindarkan)
Kenyataannya,
“manifest denstiny yang diciptakan pada 1845 adalah klise yang digunakan oleh
presiden Amerika abad ke-19 untuk merujuk dan membenarkan upaya kolonisasi
seluruh daratan. Karena itu, dapat dikatakan dalam tanda tersebut terkandung
kekuatan konotasi. Sebagaimana tanda yang lain secara potensial konotasi dapat
mengaktifkan keseluruhan sistem penandaan yang ada dalam masyarakat. Konotasi
tentu saja bukan sesuatu yang asing. Seorang pakar studi konotasi boleh
dibilang yang paling berbakat dan paling memikat menturkan tilikan-tilikannya
yang sangat termasyhur tentang tanda.
Pada
1954-1956 sebuah rangkaian tulisan muncul dalam majalah Perancis, Les Letters
nouvelles. Pada setiap terbitannya analisis kita tadi, Roland Barthes
(1915-1980), membahas “Mitologi Bulan ini”, sebagian besar dengan menunjukkan
bagaimana aspek denotatif tanda-tanda dalam budaya pop menyingkapkan konotasi
yang pada dasarnya adalah mitos-mitos yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang
lebih luas yang membentuk masyarakat.
Barangkali
analisis semiotika Barthes inilah yang sangat populer dan menyediakan bahan
bagi perbincangan ringan diserambi gedung bioskop.
Mari
kita bahas esaai-esai Barthes era 1964, The Rethoric of The image. Disini dia
menganalisis iklan pasta Panzani yang menampilkan bahan-bahan dasar ramuan
(tomat, jamur, dan merica), sekotak pasta, dan beberapa kaleng saus. Ketiganya
menyembul keluar dari dalam tas jala (jala ikan)
Dia
membedakan iklan tersebut dalam tiga pesan:
1. Pesan
linguistik :
semua kata dan kalimat dalam iklan. Pesan yang muncul dari kata Panzani secara
denotatif kata ini menyatakan nama produk, namun jika digabungkan dengan kata
“L ‘italienne”, konotasi yang muncul adalah sesuatu yang berjiwa Italia.
2. Pesan
ikonik yang terkodekan :
konotasi yang muncul dalam foto iklan
(yang hanya dapat berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas
dalam masyarakat). Pesannya adalah dalam iklan Panzani:
a. Kesegaran
(sebuah ramuan alami dalam satu paket)
b. Kesan
habis belanja dari pasar
c. Atmosfer
Italia (warna-warni bahan ramuan, juga label dalam bungkusan adalah warna dasar
benderra Italia).
3. Pesan
ikonik tak terkodekan :
denotasi dalam foto iklan. Istilah ini digunakan Barthes untuk menunjuk
denotasio “harfiah”, pemahaman langsung dari gambar dan pesan dalam iklan,
tanpa mempertimbangkan kode sosial yang lebih luas (langue). Dalam kehidupan
sehari-hari penangkapan pada apa yang hendak dilukiskan oleh tanda terutama
pada gambar, berlangsung sedemikian rupa, dan karena itu mudah dilupakan bahwa
proses penguraian tersebut pernah terjadi.
Area
penting lainnya yang dibahas Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran
pembaca (the reader).
Melanjutkan
studi Hjelmslvey,Brathes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja.
Tanda
denotatif tediri dari :
1. Penanda
2. Petanda
3. Tanda
denotatif
4. Penanda
konotatif
5. Petanda
konotatif
6. Tanda
konotatif
Pada titik inilah,
pendekatan sistematis yang diupayakan Barthes mengenai tanda menjadi sangat
bermasalah.
Di satu sisi,
mengikuti Hjelmslvey, dia berpegang
teguh pada ide tentang sistem yang melingkupi, atau kode, atau langue, atau
tanda tanda masyarakat.
Bharthes bukan
satu-satunya yang harus merenungkan dilema tersebut. Antara 1950-an dia menjadi
bagian dari lingkaran intelektual yang sangat berpengaruh. Mazhab mereka biasa
disebut strukturalisme.
Strukturalisme mendasarkan diri pada semiologi ala
saussure dan sekaligus melampauinya. Namun, ia tampak sering melampaui
batsan-batasan kaku dan berfungsinya tanda. Tokoh utama strukturalisme dalam
kehidupan intelektual prancis adalah seorang antropolog bernama Claude
Levi-Straus (I. 1908).
Dalam buku COURS, saya
sangat berhati-hati dan selalu menghindari penggunaan kata “MAKNA”. Alih-alih
saya merujuk hubungan antar tanda sebagai nilai.
Kenapa nilai ? karena
dia ingin mengtaakan bahwa tanda atau semua benda lain yang memiliki nilai,
dapat :
a. Dipertukarkan
untuk hal lain yang berbeda.
Misalnya :uang sebesar satu pounds
sterling dapat ditukarkan dengan roti, minuman, atau koran.
b. Atau
dibandingkan dengan hal lain yang
serupa.
Misalnya : atau dapat dibandingkan
dengan lima dolar amerika.
Ini sama dengan kata
yang dapat dipertukarkan dengan (artinya : merujuk pada) ide tertentu atau
dibandingkan dengan kata lain.
Meskipun demikian , dalam sistem mata uang, keping logam
tadi memerankan nilai satu pound sterling dalam hubunganya dengan keping-keping
yang lain (seharga 20 sen, 50 sen, atau 5 pound), atau komoditas yang dipertukarkan
(minuman atau makanan seharga 1 puond).
Bagi saussure, nilailah yang membangkitkan
sistem pembedaan (sistem of
defferences), dan ini tidak lain adalah langue.
Ada tingkatan paling bawah dari
bahasa, terdapat satuan-satuan bunyi dasar yang dinamakan fonem.
Pada
kata/dog/dalam bahasa inggris, terdapat tiga fonem: /d/,/o/,dan /g/.
Tentu
berlebihan untuk mengatakan bahwa fonem /d/ karena satu atau lain hal menjadi
lebih penting dibandingkan dengan fonem /g/, atau yang satu bersifat positif,
sementara yang lain bersifat negatif.
Bila
prinsip ini diangkat pada level yang lebih tinggi, sistem kebudayaan misalnya,
kita dapat melihat bagaimana ide tentang struktur
relasi atau pembedaan menjadi sangat penting. Sebagai contoh mudah, mari kita
berjalan-jalan di kota london.
Dahulunya,
jalan castle elephant merupakan titik pertemuan dari enam jalan lebar yang
lain. Bangunan-bangunan sepanjang jalan juga disusul sedemikian rupa mengikuti
pola rute-rute yang akhirnya bertemu tersebut. Pada 1960 untuk mengurangi
kemacetan, semua jalan disusun ulang. Sebuah persimpangan baru dibuat memotong
deretan bangunan-bangunan tua.
Kini,
persimpangan tersebut kmenjadi titik utama bertemunya jalan Castle dan
Elephant.
Lalu,
seandainya rute-rute tadi telah mengalami perubahan identitas yang demikian
radeikal, mengapa dia masih disebut jalan Castle dan Elephant?
Jawabnya:
karena kedua jalan tersebut adalah
bagian dari sebuah struktur atau sistem.
Alephant
dan Castle tidak berubah karena rerlasi-relasinya dengan ruas-ruas jalan
disekelilinggnya, seperti new kent, newington Causieway, London Road, St,
George’s Road,dan lain-lain.
Semua
itu merupakan bagian dari sistem lalu
linyas london yang memungkinkan relasi-relasi dan perpindahan tempat dengan
menggunakan kendaraan.
Strukturlah
menghubungkan satu jalan kecil dengan jalan kecil yang lain atau dengan jalan
arteri dalam satu sistem besar transportasi yang mengakomodasi seluruh aliran
lalu lintas.
KESIMPULAN
Dari
kajian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Valentin Volosinov seorang
teoretikus soviet, menilai Mazhab Saussusure sebagai mazhab yang paling
berpengaruh dalam linguistik rusia.
Meurut
Saussure,tanda ( yang terdiri dari hubungan internal anatara petanda dan penanda ) beroprasi dalam domensi yang
fungsinya adalah mendenotasikan, hjelmslev menambahkan bahwa dalam tanda juga
terkandung dimensi lain.
Dimensi
yang hendak di jelaskan oleh hjelmslev tampak terang jika kita mencoba
menjelsakan bagaimana kata manifes destiny dipersepsi oleh orang-orang amerika
pada kurun waktu tertentu.
Tanda
denotatif (3) terdiri dari penanda (1) dan petanda (2) namun pada saat
bersamaan, tanda denotatif adalah penanda
konotatif (4). Dan penanda konotatif haruslah terkait dengan sebuah
petanda konotatif (5). Keduanya kemudian mengontruksi tanda konotatif (6).
No comments:
Post a Comment