Friday, March 16, 2012

Semiotika


SEMIOTIKA

Valentin Volosinov (1985-1936), seorang teoritikus Soviet, menilai mazhab Saussure sebagai mazhab yang paling berpangaruh dalam linguistik Rusia. Meskipun dia agak berkeberatan dengan kecenderungan “abstrak-objektivisme” pada diri Saaussure. Volosinov menolak keyakinan Saussure bahwa dalam langue (yang berlaku umum, namun tak kasat mata) kita mungkin menemukan watak sosial yang sesungguhnya dari komunikasi.
Namun, bagi para pemikir Eropa yang mengikuti Saussure, konsep langue-lah yang dianggap terobosan besar. Seorang linguis Denmark, Louis Hjelmslev (1899-1965), mengemban tugas Saussure dalam menegaskan perlunya sebuah “sains yang mempelajari bagaimana tanda hidup dan berfungsi dalam masyarakat”.
Sejajar dengan pemikiran tersebut, mucul perluasan pemahaman Saussure tentang proses berfungsinya tanda secara individual. Menurut Saussure, tanda (yang berdiri dari hubungan internal antara petanda dan penanda) beroperasi dalam dimensi yang fungsinya adalah mendenotasikan, Hjelmslev menambahkan bahwa dalam tanda juga terkandung dimensi lain.
Dimensi yang hendak dijelaskan oleh Hjelmslev tampak terang jika kita mencoba menjelaskan bagaimana kata manifest destiny dipersepsi oleh orang- orang Amerika pada kurun waktu tertentu. Cukup mudah ntuk mengenali petanda dalam semboyan ini. Arti denotatif yang terkandung di dalamnyapun cukup mudah diketahui. (yaitu: takdir yang tak terhindarkan)
Kenyataannya, “manifest denstiny yang diciptakan pada 1845 adalah klise yang digunakan oleh presiden Amerika abad ke-19 untuk merujuk dan membenarkan upaya kolonisasi seluruh daratan. Karena itu, dapat dikatakan dalam tanda tersebut terkandung kekuatan konotasi. Sebagaimana tanda yang lain secara potensial konotasi dapat mengaktifkan keseluruhan sistem penandaan yang ada dalam masyarakat. Konotasi tentu saja bukan sesuatu yang asing. Seorang pakar studi konotasi boleh dibilang yang paling berbakat dan paling memikat menturkan tilikan-tilikannya yang sangat termasyhur tentang tanda.
Pada 1954-1956 sebuah rangkaian tulisan muncul dalam majalah Perancis, Les Letters nouvelles. Pada setiap terbitannya analisis kita tadi, Roland Barthes (1915-1980), membahas “Mitologi Bulan ini”, sebagian besar dengan menunjukkan bagaimana aspek denotatif tanda-tanda dalam budaya pop menyingkapkan konotasi yang pada dasarnya adalah mitos-mitos yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas yang membentuk masyarakat.
Barangkali analisis semiotika Barthes inilah yang sangat populer dan menyediakan bahan bagi perbincangan ringan diserambi gedung bioskop.
Mari kita bahas esaai-esai Barthes era 1964, The Rethoric of The image. Disini dia menganalisis iklan pasta Panzani yang menampilkan bahan-bahan dasar ramuan (tomat, jamur, dan merica), sekotak pasta, dan beberapa kaleng saus. Ketiganya menyembul keluar dari dalam tas jala (jala ikan)
Dia membedakan iklan tersebut dalam tiga pesan:
1.      Pesan linguistik                                   : semua kata dan kalimat dalam iklan. Pesan yang muncul dari kata Panzani secara denotatif kata ini menyatakan nama produk, namun jika digabungkan dengan kata “L ‘italienne”, konotasi yang muncul adalah sesuatu yang berjiwa Italia.
2.      Pesan ikonik yang terkodekan            : konotasi yang muncul  dalam foto iklan (yang hanya dapat berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat). Pesannya adalah dalam iklan Panzani:
a.       Kesegaran (sebuah ramuan alami dalam satu paket)
b.      Kesan habis belanja dari pasar
c.       Atmosfer Italia (warna-warni bahan ramuan, juga label dalam bungkusan adalah warna dasar benderra Italia).
3.      Pesan ikonik tak terkodekan               : denotasi dalam foto iklan. Istilah ini digunakan Barthes untuk menunjuk denotasio “harfiah”, pemahaman langsung dari gambar dan pesan dalam iklan, tanpa mempertimbangkan kode sosial yang lebih luas (langue). Dalam kehidupan sehari-hari penangkapan pada apa yang hendak dilukiskan oleh tanda terutama pada gambar, berlangsung sedemikian rupa, dan karena itu mudah dilupakan bahwa proses penguraian tersebut pernah terjadi.
Area penting lainnya yang dibahas Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).
Melanjutkan studi Hjelmslvey,Brathes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja.
Tanda denotatif tediri dari :
1.      Penanda
2.      Petanda
3.      Tanda denotatif
4.      Penanda konotatif
5.      Petanda konotatif
6.      Tanda konotatif
Pada titik inilah, pendekatan sistematis yang diupayakan Barthes mengenai tanda menjadi sangat bermasalah.
Di satu sisi, mengikuti  Hjelmslvey, dia berpegang teguh pada ide tentang sistem yang melingkupi, atau kode, atau langue, atau tanda tanda masyarakat.
Bharthes bukan satu-satunya yang harus merenungkan dilema tersebut. Antara 1950-an dia menjadi bagian dari lingkaran intelektual yang sangat berpengaruh. Mazhab mereka biasa disebut strukturalisme.
            Strukturalisme mendasarkan diri pada semiologi ala saussure dan sekaligus melampauinya. Namun, ia tampak sering melampaui batsan-batasan kaku dan berfungsinya tanda. Tokoh utama strukturalisme dalam kehidupan intelektual prancis adalah seorang antropolog bernama Claude Levi-Straus (I. 1908).
Dalam buku COURS, saya sangat berhati-hati dan selalu menghindari penggunaan kata “MAKNA”. Alih-alih saya merujuk hubungan antar tanda sebagai nilai.
Kenapa nilai ? karena dia ingin mengtaakan bahwa tanda atau semua benda lain yang memiliki nilai, dapat :
a.       Dipertukarkan untuk hal lain yang berbeda.
Misalnya :uang sebesar satu pounds sterling dapat ditukarkan dengan roti, minuman, atau koran.
b.      Atau dibandingkan dengan  hal lain yang serupa.
Misalnya : atau dapat dibandingkan dengan lima dolar amerika.
Ini sama dengan kata yang dapat dipertukarkan dengan (artinya : merujuk pada) ide tertentu atau dibandingkan dengan kata lain.
            Meskipun demikian , dalam sistem mata uang, keping logam tadi memerankan nilai satu pound sterling dalam hubunganya dengan keping-keping yang lain (seharga 20 sen, 50 sen, atau 5 pound), atau komoditas yang dipertukarkan (minuman atau makanan seharga 1 puond).
            Bagi saussure, nilailah yang membangkitkan sistem pembedaan (sistem of defferences), dan ini tidak lain adalah langue.
            Ada tingkatan paling bawah dari bahasa, terdapat satuan-satuan bunyi dasar yang dinamakan fonem.
Pada kata/dog/dalam bahasa inggris, terdapat tiga fonem: /d/,/o/,dan /g/.
Tentu berlebihan untuk mengatakan bahwa fonem /d/ karena satu atau lain hal menjadi lebih penting dibandingkan dengan fonem /g/, atau yang satu bersifat positif, sementara yang lain bersifat negatif.
Bila prinsip ini diangkat pada level yang lebih tinggi, sistem kebudayaan misalnya, kita dapat melihat bagaimana ide tentang struktur relasi atau pembedaan menjadi sangat penting. Sebagai contoh mudah, mari kita berjalan-jalan di kota london.
Dahulunya, jalan castle elephant merupakan titik pertemuan dari enam jalan lebar yang lain. Bangunan-bangunan sepanjang jalan juga disusul sedemikian rupa mengikuti pola rute-rute yang akhirnya bertemu tersebut. Pada 1960 untuk mengurangi kemacetan, semua jalan disusun ulang. Sebuah persimpangan baru dibuat memotong deretan bangunan-bangunan tua.
Kini, persimpangan tersebut kmenjadi titik utama bertemunya jalan Castle dan Elephant.
Lalu, seandainya rute-rute tadi telah mengalami perubahan identitas yang demikian radeikal, mengapa dia masih disebut jalan Castle dan Elephant?
Jawabnya: karena kedua jalan  tersebut adalah bagian dari sebuah struktur atau sistem.
Alephant dan Castle tidak berubah karena rerlasi-relasinya dengan ruas-ruas jalan disekelilinggnya, seperti new kent, newington Causieway, London Road, St, George’s Road,dan lain-lain.
Semua itu merupakan bagian  dari sistem lalu linyas london yang memungkinkan relasi-relasi dan perpindahan tempat dengan menggunakan kendaraan.
Strukturlah menghubungkan satu jalan kecil dengan jalan kecil yang lain atau dengan jalan arteri dalam satu sistem besar transportasi yang mengakomodasi seluruh aliran lalu lintas.









KESIMPULAN

Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Valentin Volosinov seorang teoretikus soviet, menilai Mazhab Saussusure sebagai mazhab yang paling berpengaruh dalam linguistik rusia.
Meurut Saussure,tanda ( yang terdiri dari hubungan internal anatara petanda dan  penanda ) beroprasi dalam domensi yang fungsinya adalah mendenotasikan, hjelmslev menambahkan bahwa dalam tanda juga terkandung dimensi lain.
Dimensi yang hendak di jelaskan oleh hjelmslev tampak terang jika kita mencoba menjelsakan bagaimana kata manifes destiny dipersepsi oleh orang-orang amerika pada kurun waktu tertentu.
Tanda denotatif (3) terdiri dari penanda (1) dan petanda (2) namun pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah penanda  konotatif (4). Dan penanda konotatif haruslah terkait dengan sebuah petanda konotatif (5). Keduanya kemudian mengontruksi tanda konotatif (6).

No comments:

Post a Comment