Friday, March 16, 2012

PERUBAHAN DAN PERGESERAN MAKNA


Secara singkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah, tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Maksudnya, dalam masa yang relative singkat, makna sebuah kata akan tetap sama, tidak berubah; tetapi dalam waktu yang relatif lama ada kemungkinan makna sebuah kata akan berubah. Ini gejala bahasa yang lumrah terjadi dimana-mana, karena bahasa bersifat dinamis. Meski demikian, perubahan makna tidak terjadi pada semua kata, melainkan hanya beberapa kata saja.

1.      Sebab-sebab terjadinya perubahan makna
a.       Perkembangan dalam ilmu dan teknologi.
 Adanya perkembangan konsep keilmuan dan teknologi dapat menyebabkan sebuah kata yang pada mulanya bermakna A menjadi bermakna C. Umpanya, kata sastra pada mulanya bermakna ‘tulisan, huruf’, lalu bermakna ‘bacaan’, kemudian berubah lagi menjjadi bermakna ‘ buku yang baik isinya dan baik pula bahasanya’. Selanjutnya, berkembang lagi menjadi ‘karya bahasa yang bersifat imaginative dan kreatif’. Perubahan makna sastra seperti yang kita sebutkan itu adalah karena berkembangnya atau berubahnya konsep tentang sastra itu dalam ilmu susastra.

b.      Perkembangan sosial budaya.
Perkembangan dalam masyarakat berkenaan dengan sikap sosial budaya, juga menyebabkan terjadinya perubahan makna. Misalnya,
No
Kata
Sebelum Mengalami Perubahan
Setelah Mengalami Perubahan
1
Sarjana
Orang cerdik pandai
orang yang telah lulus dari perguruan tnggi
2
saudara
anak yang sekandung
semua orang yang sederajat baik usia/ kedudukan sosial.

c.       Perkembangan pemakaian kata.
Setiap bidang kegiatan atau keilmuan biasanya mempunyai sejumlah kosakata yang berkenaan dengan bidangnya itu. umpamanya dalam bidang pertanian kita temukan kosakata seperti menggarap, menuai, pupuk, hama, dan panen; dalam bidang agama Islam ada kosakata seperti  imam, khatib, puasa,, zakat, dan subuh; dan dalam bidang pelayaran ada kosakata seperti berlabuh, berlayar, haluan, nakhodah, dan buritan. Kosakata  yang pada mulanya digunakan pada bidang-bidangnya itu dalam perkembangan kemudian digunakan juga dalam bidang-bidang lain, dengan makna yang baru atau agak lain dengan makna aslinya, yang digunakan dalam bidang pertanian (dengan segala bentuk derivasinya seperti garapan, penggarap, tergarap, dan penggarapan) digunakan juga dalam bidang lain dengan makna ‘ mengerjakan, membuat’, seperti dalam menggarap skripsi, menggarap naskah drama, menggarap rancangan undang-undang lalulintas. Kata membajak  yang berasala dari pertanian juga, sudah biasa kini digunakan dalam bidang lain dengan makna ‘mencari keuntungan yang besar secara tidak benar’, seperti dalam  membajak lagu, membajak pesawat terbang..

d.      Pertukaran tanggapan indra.
Alat indra kita yang lima mempunyai fungsi masing-masing untuk menangkap gejala-gejala yang terjadi di dunia ini. Misalnya, rasa getir, panas, dan asin ditangkap dengan alat indra perasa, yaitu lidah; gejala yang berkenaan dengan bunyi ditangkap dengan alat indra pendengar telinga; dan gejala terang dan gelap ditangkap dengan alat indra mata. Namun, dalam perkembangan pemakaian bahasa banyak terjadi pertukran pemakaian alat indra untuk menangkap gejala yang terjadi disekitar manusia itu. Misalnya, rasa pedas yang seharusnya ditanggap oleh alat indra perasa lidah menjadi ditanggap oleh alat pendengar telinga, seperti dalam ujaran kata-katanya sangat pedas; kata manis yang seharusnya ditanggap dengan alat perasa lidah menjadi ditanggap dengan alat indra mata, seperti dalam ujaran bentuknya sangat manis.
Perubahan tanggapan indra ini disebut dengan istilah sinestesia. Perhatikan contoh lain berikut!
Warnanya teduh
Suaranya berat sekali
Kedengarannya memang nikmat
Lukisan itu ramai sekali
Tinggkah lakunya sangat kasar
e.       Adanya asosiasi.
Yang dimaksud dengan adanya sosiasi disini adalah hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran tiu, sehingga dengan demikian bila disebut ujaran itu maka yang dimaksud adalah sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran itu.


No
Kata
Sebelum Mengalami Perubahan
Setelah Mengalami Perubahan
1
amplop
sampul surat
uang sogok
2
bunga
kembang
gadis cantik
3
Mencatut
mencabut dengan catut
menarik keuntungan
Asosiasi dapat berupa hubungan:
  1. wadah dengan isi
Contoh: Pejabat negara dilarang menerima parsel. Bentuk ujaran "parsel" pada contoh kalimat tersebut berasosiasi dengan kolusi dan suap yang dikemas dalam wujud parsel.
  1. waktu dengan kejadian
Contoh: Jalan ke Pantai Ancol macet total karena sekarang tanggal 1 Januari. Bentuk ujaran "1 Januari" berasosiasi dengan tahun baru dan pada tahun baru masyarakat berbondong-bondong ke obyek wisata.
  1. tempat dengan peristiwa
Contoh: Aliansi masa melakukan tabur bunga di Kuningan,Jakarta. Bentuk ujaran "Kuningan" berasosiasi dengan peristiwa ledakan bom yang dilakukan oleh kelompok teroris.
  1. tempat dengan lembaga
Contoh: Para wakil rakyat bertemu di Senayan. Bentuk ujaran "Senayan" berasosiasi dengan lembaga Dewan Perwakilan Rakyat

f.       Adanya Penyingkatan
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan, maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu, maka kemudian orang lebih banyak menggunakan singkatannya saja daripada menggunakan utuhnya. Misalnya, kalau dikatakan Ayahnya meninggal tentu saja maksudnya adalah meninggal dunia. Jadi, meninggal adalah bentuk singkat dari ungkapan meninggal dunia. Begitu juga dengan kata berpulang tentu maksudnya adalah berpulang ke rahmatullah.
Sebetulnya dalam kasus penyingkatan ini bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi sebab makna atau konsep itu tetap. Yang terjadi adalah perubahan bentuk kata. Kata yang semula berbentuk utuh (panjang) disingkat menjadi bentuk tidak utuh atau pendek.
g.      Perbedaan Tanggapan
Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat, maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang “rendah”, kurang menyenangkan. Disamping itu ada juga yang menjadi memiliki nilai rasa yang “tinggi”, atau yang mengenakkan. Kata-kata yang nilainya merosot menjadi rendah ini lazim disebut peyoratif, sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi disebut amelioratif. Kata bini dewasa ini dianggap peyoratif, sedangkan kata istri disebut amelioratif, kata laki dianggap peyoratif berbeda dengan suami yang dianggap amelioratif. Contoh lain kata bang (seperti dalam bang Dul) dianggap peyoratif; sebaliknya kata bung seperti dalam Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Gafur) dianggap amelioratif.

h.      Proses Gramatikal
Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (penggabungan kata) akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna, sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal. Dalam bagian pendahuluan sudah dibicarakan kalau bentuk berubah maka makna pun akan berubah atau berbeda. Jadi, tidaklah dapat dikatakan kalau dalam hal ini telah terjadi perubahan makna, sebab yang terjadi adalah proses gramatikal, dan proses gramatikal itu telah “melahirkan” makna-makna gramatikal. [9]


i.        Pengembangan Istilah
Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru, entah dengan menyempitkan makna kata tersebut, meluaskan, maupun memberi arti baru sama sekali.

Misalnya,
No
Kata
Sebelum Mengalami Perubahan
Setelah Mengalami Perubahan
1
papan
lempengan kayu (besi, dsb) tipis
perumahan
2
sandang
selendang
pakaian

2.      Jenis-jenis perubahan
a.       Perluasan Makna (generalisasi)
Perluasan makna ialah perubahan makna dari yang lebih khusus atau sempit ke yang lebih umum atau luas. Cakupan makna baru tersebut lebih luas daripada makna lama.
Contoh:
No
Kata
Sebelum Mengalami Perubahan
Setelah Mengalami Perubahan
1
Bapak
Orang Tua Laki-laki
semua orang laki-laki yang lebih tua atau berkedudukan    lebih tinggi.
2
saudara
anak yang sekandung
semua orang yang sama umur/ derajat.

b.      Penyempitan Makna (Spesialisasi)
Penyempitan makna ialah perubahan makna dari yang lebih umum/ luas ke yang lebih khusus/ sempit. Cakupan baru/ sekarang lebih sempit daripada makna lama (semula).
Contoh:
No
Kata
Sebelum Mengalami Perubahan
Setelah Mengalami Perubahan
1
Sarjana
Cendikiawan
lulusan perguruan tinggi
2
Pendeta
Orang Yang Berilmu
Guru Kristen
3
Madrasah
Sekolah
Sekolah Agama Islam

c.       Peninggian Makna (ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tingg/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna lama.
Contoh:
No
Kata
Sebelum Mengalami Perubahan
Setelah Mengalami Perubahan
1
Bung
panggilan kepada orang laki-laki
panggilan kepada pemimpin
2
Putra
anak laki-laki
lebih tinggi daripada anak

d.      Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya daripada makna lama.

Contoh:
No
Kata
Sebelum Mengalami Perubahan
Setelah Mengalami Perubahan
1
Bini
perempuan yang sudah dinikahi
perempuan yang sudah dinikahi
2
bunting
mengandung
lebih rendah dari kata hamil

e.       Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna lama dan makna baru.
Contoh:
No
Kata
Sebelum Mengalami Perubahan
Setelah Mengalami Perubahan
1
amplop
sampul surat
uang sogok
2
bunga
kembang
gadis cantik
3
Mencatut
mencabut dengan catut
menarik keuntungan

f.       Pertukaran (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke indera pendengar, dan sebagainya.
Contoh:
suaranya terang sekali             (pendengaran penglihatan)
rupanya manis                         (penglihat perasa)
namanya harum                       (pendengar pencium)

Sebab-sebab Perubahan
SinestesiaAsosiasiMetafora, Perkembangan Ilmu dan Teknologi, Perkembangan Sosial Budaya, Perbedaan Bidang Pemakaian, Perbedaan Tanggapan, Adanya Penyingkatan, Proses Gramatikal, Pengembangan Istilah, Generalisasi, Spesialisasi, Ameliorasi, Peyorasi.

Majas metafora adalah ungkapan pemahaman mengenai suatu konsep dalam perbandingannya dengan konsep lain dimana di antara dua konsep itu terdapat kemiripan, keserupaan, atau korelasi dalam hal tertentu. Kemiripan, persamaan, atau korelasi di antara dua hal yang diperbandingkan tidak perlu semuanya, melainkan hanya sebagian kecil saja.
Contoh:
Ayah adalah tulang punggung keluarga.
Ayah dan tulang punggung adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Titik persamaan antara ayah dan tulang punggung adalah sama-sama punya fungsi menopang. Tulang punggung menopang agar badan manusia tegak berdiri, ayah menopang keluarga agar tegak berdiri. Inilah sebabnya kata “tulang punggung” digunakan sebagai metafora untuk menyebut fungsi ayah selaku kepala keluarga yang menopang tegaknya keluarga.
Majas ini sering digunakan dalam karya-karya sastra dan dalam
keseharian. Di samping itu, majas metafora bahasa Ibrani juga sering sekali digunakan dalam Alkitab.
Contoh:
1.      Majas metafora “ujung bumi” berarti: pantai, tanjung, dan semenanjung
2.      Majas metafora “ujung langit” berarti: horison atau “kaki langit”
3.      Majas metafora “Bapa” berarti: Sumber Segala Sesuatu, Asal Segala Sesuatu
Penggunaan majas metafora dalam jangka panjang dapat
mengakibatkan 
perubahan makna atau pergeseran makna.
Contoh:
semula kata “ekor” hanya bermakna bagian tubuh binatang dsb yg paling belakang, baik berupa sambungan dari tulang punggung maupun sbg lekatan. Kemudian, kata “ekor” digunakan sebagai metafora untuk akibat dari kejadian atau keadaan sebelumnya. Lama-lama kata “ekor” mengalami 
perubahan makna.Jika semula hanya bermakna “bagian tubuh binatang dsb yg paling belakang, baik berupa sambungan dr tulang punggung maupun sbg lekatan”, kemudian kata “ekor” tersebut mengalami perluasan makna sehingga kemudian mempunyai makna tambahan “akibat dari kejadian atau keadaan sebelumnya”.

No comments:

Post a Comment