Masyarakat Bahasa
Bahasa Sebagai Komunikasi Sosial
Secara objektf hakikat keberadaan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan manusia. Hakikat makna bahasa dan keberadaan bahasa senantiasa
memproyeksikan kehidupan manusia yang sifatnya tidak terbatas dan kompleks.
. Dalam konteks proyeksi kehidupan manusia, bahasa senantiasa digunakan
secara khas dan memiliki suatu aturan permainan tersendiri. Untuk itu, terdapat
banyak permainan bahasa dalam kehidupan manusia, bahkan dapat dikatakan tidak
terbatas, dan nantara tata permainan satu dengan lainnya tidak dapat
dintentukan dengan suatu aturan yang bersifat umum. Namun demikian, walaupun
terdapat perbedaan adakalanya terdapat sutau kemiripan, dan hal ini sulit
ditentukan secara secara definitif dan pasti. Meskipun orang tidak mengetahui
secara persis sebuah permainan bahasa tertentu, namun ia mengetahui apa yang
harus diperbuat dalam suatu permainan. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan
hakikat bahasa dalam kehidupan manusia dapat dilaksanakan dengan melakukan
suatu deskripsi serta memberikan contoh-contoh dalam kehidupan manusia yang
digunakan secera berbeda.
Sebagian orang berpendapat bahwa bahasa sebagai sesuatu yang kita lakukan
untuk orang lain; sebuah permainan dari simbol verbal yang didasarkan dengan
rasa indera kita (pencitraan). Sebagai sistem mediasi, bahasa tidak hanya
menggambarkan cara pandang manusia tentang dunia dan konsepsinya, tetapi juga
membentuk visi tentang realitas.
Pandangan di atas, merajut pada pemikiran bahwa dengan melukiskan bahasa
sebagai penjelmaan pikiran dan perasaan, yaitu budi manusia, maka bahasa itu
mendapat arti jauh lebih tinggi daripada sistem bunyi atau fonem. Oleh karena
itu budilah yang melahirkan kebudayaan, maka bahasa sebagai penjelmaan daripada
budi itu adalah cerminan selengkap-lengkapnya dan sesempurna dari kebudayaan.
Perhatian terhadap kelompok-kelompok minoritas ini sekarang telah menjadi
betapa penting dengan adanya kontak antarbudaya, namun diasumsikan bahwa
komunikasi antabudaya itu sangat sulit. Hal ini disebabkan karena jika bahasa
sebagai sistem bunyi gagal mengendap dalam kantong-kantong budaya, maka
masyarakat pun gagal untuk memahami dan dipahami dalam konteks komunikasi
antarbudaya.
Dari pernyataan diatas
dapat dirtarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan salah satu alat untuk
mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak
dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita kita dapat
berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam
masyarakat.
Di dalam kehidupan masyarakat fungsi bahasa secara tradisional dapat
dikatakan sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan oleh masyarakat untuk
berkomunikasi. Akan tetapi, fungsi bahasa tidak hanya semata-mata sebagai alat
komunikasi. Bagi Sosiolinguistik konsep bahasa adalah alat yang fungsinya
menyampaikan pikiran saja dianggap terlalu sempit. Chaer (2004:15) berpendapat
bahwa fungsi yang menjadi persoalan Sosiolingustik adalah dari segi penutur,
pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan. Maksud dari pernyataan tersebut
pada intinya bahwa fungsi bahasa akan berbeda apabila ditinjau dari sudut
pandang yang berbeda sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Adapun
penjelasan tentang fungsi-fungsi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Segi penutur
Dilihat dari segi penutur maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi.
Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya, bukan
hanya menyatakan sikap lewat bahasa tetapi juga memperlihatkan sikap itu
sewaktu menyampaikan tuturannya, baik sedang marah, sedih, ataupun gembira.
2. Segi pendengar
Dilihat dari segi pendengar maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu
mengatur tingkah laku pendengar. Dalam hal ini, bahasa itu tidak hanya membuat
si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan hal sesuai dengan keinginan si
pembieara
3. Segi topic
Dilihat dari segi topik maka bahasa itu berfungsi referensial. Dalam hal
ini bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa
yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.
4. Segi kode
Dilihat dari segi kode maka bahasa itu berfungsi metalingual atau
metalinguistik, yaitu bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri,
seperti pada saat mengajarkan tentang kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa
yang dijelaskan dengan menggunakan bahasa.
5. Segi amanat
Dilihat dari segi amanat yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi
imaginatif, yakni bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan (baik sebenarnya maupun khayalan/rekaan).
Masyarakat Bahasa
Dalam sosiolinguistik Dell Hymes
tidak membedakan secara eksplisit antara bahasa sebagai sistem dan tutur
sebagai keterampilan. Keduanya disebut sebagai kemampuan komunikatif (communicative
competence). Kemampuan komunikatif meliputi kemampuan bahasa yang dimiliki
oleh penutur beserta keterampilan mengungkapkan bahasa tersebut sesuai dengan.
fungsi dan situasi serta norma pemakaian dalam konteks sosialnya.
Kemampuan komunikatif yang dimiliki
individu maupun kelompok disebut verbal repertoire. Jadi verbal
repertoire dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu verbal repertoire yang
dimiliki individu dan yang dimiliki masyarakat. Jika suatu masyarakat memiliki verbal
repertoire yang relatif sama dan memiliki penilaian yang sama terhadap
pemakaian bahasa yang digunakan dalam masyarakat disebut masyarakat bahasa.
Berdasarkan verbal repertoire yang
dimiliki oleh masyarakat, masyarakat bahasa dibedakan menjadi tiga, yaitu
1.
Masyarakat monolingual (satu bahasa)
2. masyarakat
bilingual (dua bahasa)
3.
masyarakat multilingual.(lebih dari 2 bahasa)
No comments:
Post a Comment